Kepala Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) Doni Monardo ungkapkan update data soal dampak bencana yang melanda pulau Nusa Tenggara Timur (NTT). Adapun kawasan NTT yang terdampak paling parah, yakni pulau Adonara dan Kabupaten Lembata. "Dampak paling parah yang pertama adalah Adonara dan Lembata," ungkap Doni dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden, Selasa (6/4/2021).
Data terkini, Doni menyampaikan, sejumlah 500 unit bangunan yang mengalami rusak berat. "Bangunan yang rusak berat, baik dari Alor kemudian Lembata dan Adonara." "Total jumlahnya mendekati 500 unit," terang Doni.
Lebih lanjut, ia menerangkan lebih spesifik terkait data kerusakan bangunan di Lembata. Di Lembata, sekitar 224 unit bangunan rusak berat, lalu yang mengalami rusak sedang ada 15 unit. Sementara, bangunan yang mengalami rusak ringa sekitar 25 unit.
Doni menyampaikan, pada kawasa Lembata ini, terdapat 2 desa mengalami dampak paling berat. Tepatnya, desa yang berada di bawah kaki Gunung Ile Lewotolok. "Dua desa itu menjadi terdampak paling besar ada di kaki Gunung Ile Lewotolok."
"Harusnya pemerintah daerah sudah merencanakan relokasi warga di sana, namun karena badai siklon ini, berdampak paling banyak," jelas Kepala BNPB itu. Adapun jumlah korban yang meninggal dunia saat ini ada 81 orang. Sementara itu, ada 103 orang yang masih dalam pencarian.
Akan tetapi, Doni menyampaikan, data ini masih fluktuatif dimana angkanya bisa saha berubah ubah setiap waktu. "Untuk data korban masih fluktuatif, data yang dihimpun dari pemerintah daerah dari Kabupaten/Kota dan Provinsi dan TNI Polri." "Kemungkinan ada perubahan setiap waktu," jelasnya.
Saat ini, BNPB pun telah menyiapkan sejumlah helikopter. Helikopter ini nantinya akan digunakan untuk mobilisasi logistik bantuan. "Heli ini akan digunakan untuk di Lembata, kemudian di Larantuka dan Adonara."
"Dan nantinya untuk mobilisasi logistik dari Kupang ke Malaka, termasuk ke Alor,' ujarnya. Selain itu, sebuah kargo pesawat untuk membantu distribusi logistik.